Saturday, November 21, 2009

Pak Sopandhy menunaikan ibadah haji


Puji syukur Alhamdulillah, tanggal 19 Nopember ini insya Allah Bapak Sopandy, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan, dan istri akan melaksanakan perjalanan ibadah haji ke tanah suci. Bertempat di rumah kediamannya, Jl. Melinjo BSD City, tanggal 8 Nopember 2009 telah dilaksanakan acara walimatusafar. Hadir pada acara tersebut para kerabat, tetangga, sahabat, para guru dan pegawai SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan.

Turut hadir dalam acara tersebut Bapak Sudjana dan istri, Bapak Agus yang juga bersama istri dan tamu undangan penting lainnya dari Kantor Diknas Kota Tangsel. Acara diisi dengan ceramah dan ramah-tamah, saling memaafkan dan mengucap do'a semoga beliau sepulang ke tahan air dari tanah suci membawa perubahan baik dalam diri dan kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan dengan lingkungan, khususnya di lingkungan SMA Negeri 2 Kota Tangsel, tempat beliau menjadi seorang pimpinan.

Seperti yang disampaikan sang ustad, ibadah haji hendaknya membawa perubahan karena itulah esensi haji. Seseorang orang yang sudah bergelar haji, hendaknya mampu membuat gelombang perubahan dalam kehidupan secara simultan.Barangsiapa yang berhaji karena Allah, lalu dia tidak berbuat keji dan tidak berbuat kefasikan, maka dia kembali sebagaimana hari dia dilahirkan oleh ibunya (tanpa dosa).” (HR. Al-Bukhari no. 1521 dan Muslim no. 135).Semoga beliau mendapatkan gelar haji mambrur, karena tak ada imbalan yang paling besar bagi seseorang yang berhaji lalu mampu meraih haji mabrur kecuali syurga. Amin.

Friday, November 20, 2009

Menatap Orang Australia dari Dekat


Pikiran Rakyat, Rabu, 18 November 2009

Deddy Mulyana, Dekan Fikom Unpad, kini Guru Besar Tamu di Monash University, Australia.

JIKA Anda datang ke Australia, jangan coba-coba membangga-banggakan jabatan yang Anda sandang di Indonesia. Warga Australia tidak akan terkesan dengan status Anda. Ini karena warga Australia menganut egalitarianisme (paham kesederajatan) yang sudah mengakar. Karena pergaulan mereka dengan warga Australia, banyak pemukim Indonesia yang sudah mencerap nilai ini. Maka jika Anda presiden direktur, jenderal, pengusaha besar, profesor, anggota DPR, atau selebriti, Anda tak perlu kecewa jika di negeri kanguru Anda tak dikerubungi orang-orang, atau bahkan tak diperkenalkan resmi dalam pertemuan informal yang kebetulan Anda hadiri. Apalagi jika Anda sekadar anak pejabat, anak pengusaha besar atau anak orang terkenal.

Nilai budaya kolektivistik yang dianut orang Indonesia membuat status istimewa seseorang di Indonesia menular juga kepada semua anggota keluarganya, sehingga seseorang merasa bangga karena orang tuanya atau kerabat dekatnya punya status istimewa. Maka prestasi seseorang di Indonesia sering bersifat bawaan (being), berbeda dengan di Australia dan di banyak negara Barat lainnya yang individualistik yang mengasumsikan bahwa prestasi seseeorang itu diciptakan, diperoleh atau menjadi (becoming), yakni apa yang telah orang itu lakukan dalam kehidupan.

Untuk menunjukkan sikap egaliter, orang Australia sering melakukan sapaan kasar "G’day, mate, how are you?" yang diikuti dengan tepukan di punggung mitranya. Orang non-Australia boleh jadi menganggap tindakan ini menghina atau meremehkan. Kesederajatan yang mereka anut juga tercermin dalam cara orang-orang memanggil atasan mereka, yakni dengan nama pertama, suatu hal yang jarang terjadi di Indonesia. Bahkan, mahasiswa di berbagai universitas di Australia pun lazim memanggil dosen mereka dengan cara itu, misalnya saat mahasiswa menyapa dosennya, "Hi, Peter, how is it going?" Mahasiswa tak perlu membungkuk, apalagi mencium tangan profesornya, seperti yang sering terjadi di beberapa universitas di Indonesia. Begitulah ketika tempo hari saya pertama kali berjumpa dengan Chris Nash, seorang profesor Jurnalistik Universitas Monash di Kampus Caulfield, yang mengenakan anting di telinga kirinya, kami pun langsung menyapa satu sama lain dengan nama pertama.

Sebagai peminat komunikasi lintas budaya, saya lihat cara orang Australia berkomunikasi agak berbeda dengan pembicara Inggris British ataupun pembicara Inggris Amerika. Bahasa Inggris Australia jelas lebih mirip dengan bahasa Inggris British daripada dengan bahasa Inggris Amerika, karena Australia adalah negara persemakmuran Inggris (Britania Raya). Dapat dikatakan bahasa Inggris British adalah cikal bakal bahasa Inggris Australia, karena nenek moyang orang Australia berkulit putih umumnya datang dari Britania Raya. Akan tetapi, selain terdapat kata-kata khas Inggris Australia, pengucapan Inggris Australia juga lain. Mereka, terutama yang kurang terdidik, mengucapkan kata today sepeti to die, sehingga kita akan kaget jika mendengar seorang Australia berkata, "I am going to the hospital to today (yang kedengarannya to die)."

Meskipun dalam banyak segi, bahasa Inggris Australia mirip dengan Inggris British, ekspresi khas Australia juga berhamburan. Frase dan kata-kata berikut lazim terdengar: no worries (jangan khawatir), mate (teman pria); rubbish (sampah); biscuits (kue), dan chemist (apotik). Orang Australia juga gemar memendekkan kata-kata, misalnya university menjadi uni, kindergarten menjadi kindi, television menjadi teli, dan beautiful menjadi beaut. Pengumuman di tempat publik bersifat langsung dan singkat, tidak berbasa-basi atau berbunga-bunga, seperti di Inggris. Di kereta api, misalnya terdapat pernyataan, "No smoking," (Dilarang merokok) "No Litering" (Dilarang membuang sampah), dan "You must have a valid ticket to travel on this train" (Anda harus punya tiket yang berlaku untuk naik kereta ini). Bandingkan dengan pengumuman di Inggris, misalnya "We regret that in the interest of hygine dogs are not allowed on these premises" (Kami menyesal bahwa demi kesehatan, anjing tidak diizinkan di tempat ini), yang bisa dipendekkan: "Video controlled" ("Diawasi video"). Kelugasan orang Australia juga terkadang vulgar. Misalnya di Huntingdale, ada sebuah baliho besar yang bertuliskan (maaf), "Making Love? Do it longer! Call or sms ’Try’ 1800711711."

Dapat disimpulkan,orang Australia sangat lugas. Sikap ini dapat membuat orang asing, termasuk orang Amerika sekalipun, merasa diserang, misalnya dengan ucapan mereka "You don’t know what you’re talking about". Di Victoria Market di Melbourne, di sebuah kafe saya menyaksikan seorang perempuan bule yang mengembalikan roti lapis yang baru dibelinya, tampaknya karena rasanya kurang enak. Ia berteriak, "It is disgusting!". Uangnya dikembalikan oleh si bos perempuan. Suaminya yang ikut melayani pembeli berteriak, "Don’t ever come back!" Luar biasa, ini suatu kejadian yang seumur hidup saya tak pernah saya saksikan di Indonesia. Saya yang memesan fish ’n chips seharga 15 dolar Australia (sekitar Rp. 130.000,00) tak dapat membayangkan bahwa saya akan mengembalikan makanan itu karena rasanya tidak sesuai dengan selera, baik di Australia, apalagi di Indonesia. Pelajaran lain yang dapat diambil dari kejadian itu adalah betapa hak konsumen begitu besar di negeri ini. Dalam banyak kasus, konsumen boleh mengembalikan barang bukan makanan yang sudah dibeli asalkan belum dipakai.

Bagi orang berkomunikasi konteks tinggi (penuh dengan basa-basi, tak langsung, untuk menjaga harmoni) seperti orang Indonesia dan orang Jepang, orang Australia yang berbicara linier, langsung, lugas, dan faktual seperti ini bisa dianggap sebagai orang yang tidak punya perasaan. Dalam sebuah literatur dilukiskan, seorang manajer Jepang mengunjungi Australia dalam bisnis. Ia meminta seorang sejawat Australia menjelaskan suatu prosedur baru kepadanya. Orang Australia mengatakannya dengan cepat, persis, dan dari awal, bagaimana prosedur itu bekerja, menunjukkan beberapa problem yang mungkin, dan bertanya bila ia punya pertanyaan. Manajer Jepang itu merasa bahwa ia diperlakukan seperti anak kecil, dan bahwa orang Australia itu tidak punya pertimbangan atas perasaannya.

Menarik bahwa meskipun orang-orang Australia tidak banyak berbasa-basi, mulut mereka kurang terbuka saat berbicara dibandingkan dengan orang Amerika. Sebuah anekdot menyebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan fakta bahwa beberapa abad lalu nenek moyang mereka datang ke Australia sebagai tahanan, bukan sebagai orang merdeka, sehingga mereka tidak bebas bicara dan sering menutup mulut. Cara bicara suatu bangsa atau suatu suku boleh jadi dipengaruhi faktor-faktor historis, kultural, dan geografis. Misalnya, konon orang Batak berbicara keras karena dulu nenek moyang mereka tinggal berjauhan di gunung dan lembah; orang Riau Kepulauan berbicara serupa karena suara mereka harus mengatasi suara ombak dan angin. Sementara itu, orang Padang berbicara keras karena mereka pemakan cabai. Ada pun orang Arab berbicara keras, karena lingkungan mereka yang gersang. Wallahu’alam.

Thursday, November 19, 2009

Profil Ibu Cucu Rostika

Ibu Cucu Rostika adalah guru mata pelajaran Ekonomi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan. Ia sudah mengajar selama 23 tahun dan banyak menjumpai suka dan duka, serta menggauli segala keunikan komunikasi dengan para siswa. Ia sekarang mengajar di kelas X (Bilingual) dan kelas XII IPS. Ia memperoleh tugas tambahan sebagai Ketua Program Bilingual lalu Ketua Program IPS dan saat ini sebagai Humas, sehingga Ia memiliki tugas untuk memfasilitasi kerjasama antara SSC dengan SMA Negeri 2 Kota Tangsel. Tugas tambahan yang menarik, menyenangkan, karena bertambah banyak teman. Terlahir sebagai anak sulung dari enam bersaudara. Oya, saya tinggal di rumdin PUSPIPTEK Blok IVH - 12 bersama suami dan empat orang buah hati, merekalah yang selalu memberi motivasi untuk terus bersemangat. Pendidikan dasar sampai sekolah menengah di Ciamis (kota kecil di Jawa Barat),lalu IKIP Bandung Jurusan Management, dan Pascasarjana mengambil Prodi Magistter Penelitian & Evaluasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka (UHAMKA), Jakarta tahun 2007. Seorang siswa bernama, Gamma yang merupakan salah seorang siswa Bilingual angkatan pertama, saat ini sedang belajar di AS dalam rangka pertukaran pelajar. Akhir tahun ini Gamma kembali ke tanah air. Harapan Bu Cucu semoga akan terjalin pertukaran pelajar dengan SSC sehingga banyak siswa SMA Negeri 2 Kota Tangsel yang berangkat ke Melbourne, Australia untuk ikut serta belajar. Demikian juga siswa SSC dapat belajar di SMA Negeri 2 Kota Tangsel. Ayo wujudkan hal ini! (CR, 2009)

Sunday, November 15, 2009

Profil Ms Helena Anggraeni




Dear All, Kami sampaikan profil Ibu Helena Anggraeni. Ia merupakan guru dan koordinator LOTE di SSC. Silakan baca untuk mengenal lebih jauh. Pepatah mengatakan "Bila tak kenal maka tak akan sayang". Untuk yang akan datang akan kami tampilkan profil lain yang terlibat aktif dalam ikatan kerjasama antara SMA Negeri 2 Setu, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia, dengan Somerville Secondary College, Somerville, Victoria, Australia. Selamat membaca.

Perkenalkan, nama saya Helena Anggraeni dan saya guru bahasa Indonesia dan kepala bagian bahasa di Somerville Secondary College. Sudah lama saya berusaha mencari SMU di Indonesia untuk berkoresponden dengan murid-murid saya. Saya berharap bapak bisa membantu.

Sedikit tentang sekolah saya, sekolah saya adalah government school Year 7-10 dengan jumlah siswa sekitar 500 anak. Tahun depan saya akan mempunyai 32 anak yang memlilih bahasa Indonesia untuk elective kelas 9. Saya berencana untuk melakukan program surat-menyurat (bukan email) dengan murid-murid SMU dari Indonesia. Saya lebih prefer sekolah dari Yogyakarta atau daerah Jawa hanya karena budayanya masih kental dibandingkan dengan Jakarta.


Alasan saya ingin bertukar surat dan bukannya email adalah saya ingin mereka melihat pertukaran budaya dari segi kertas surat (biasanya kertas surat di Indonesia berwarna warni) tulisan tangan, bahkan dari baunya.


Saya pernah melakukan program yang serupa, sayangnya sekolah tersebut memutuskan hubungan hanya karena guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggrisnya terpaksa berhenti bekerja. Murid-murid saya senang sekali menerima surat dari anka-anak Indonesia. Mereka menghargai tulisan tangannya amplop yang seragam dengan kertas suratnya, bahkan ada anak yang menyertakan perangko di amplopnya. (Semua surat harus dimasukkan ke dalam amplop, lalu dikirim dalam satu amplop besar).

Pada kesempatan lain Ms Helena Anggraeni mengatakan:

Helena Anggraeni, lahir di Pekanbaru dan besar di Yogyakarta, gadis lulusan Sanata Dharma ini mempunyai impian besar dalam memperkenalkan budaya dan bahasa Indonesia di Melbourne Australia. Salah satu prestasinya adalah mengikutsertakan salah satu murid terbaiknya; Jack Sawyer dalam lomba pidato dalam bahasa Indonesia dimana dia adalah satu dari dua puluh siswa yang lolos dan pergi ke Malaysia dalam program pertukaran pelajar dari Victorian Education Department. Sejak Helena mengajar di Somerville Secondary College jumlah murid yang memilih bahasa Indonesia di kelas sembilan dan kelas sepuluh meningkat 3 kali lipat, inilah bukti bahwa semua kerja keras ada imbalannya.


Ms Helena Anggraeni


Head of LOTE Department

Somerville Secondary College

37 Graf Road Somerville, 3912

Ph. 03 5973 1000 (ext.1042) Fax. 03 5977 9842

Saturday, November 7, 2009

Leadership Memacu Kualitas Sekolah

Wawancara Prof Dr Peter Waterworth, mediator sekolah Australia, tentang leadership untuk memacu kualitas sekolah. Untuk mendapatkan gambar yang besar silakan klik dua kali pada gambar. Selamat membaca.

Educational Working Guidelines


Rationale:
Based on UU No. 20/2003 about the National Educational System, it states that it is desirable to get at least one school in an area through to an international standard. To strengthen the autonomy of a particular area, it states that schools in that area should focus on forming international relationships. (Legislation No. 32, 2004 about Governmental Regions). The National Education Minister’s Decision No. 30/2007 about national educational standards directs schools towards attaining international standards. In the meantime, the BNSP (The Body for National Educational Standards) was formed to push efforts to increase the quality of national schools so that they are equal with the international world and consequently their graduates will be of a high quality. The establishment of Banten Province was also an educational requirement as a bridge to aim towards improving the prosperity of the Banten people. (UU No. 23 tahun 2000). All of this legislation aims to stimulate a quick growth in the quality of education through to both national and international standards.

The initiative for Indonesian and Australian Schools to work together was highly recommended by OECD countries and UNICEF. Both world organisations recognize the mutual benefits of countries working together cooperatively and the results of these interactions will create educational networks which will facilitate the mutual exchange of curriculum and other educational opportunities for teachers and students.
Now is the time to create a cooperative educational work environment between Indonesia and Australia. These efforts are gathering momentum because of the efforts of Drs. H. Herli Salim, M. Ed., lecturer at Indonesian Education University, Serang Campus and student in the Doctoral Program at Deakin University which is held in Australia to advance his studies. He works together with his colleague and Australian friend Dr. Peter Waterworth, special educational consultant and social education. The city and regency of Serang have long known Dr. Waterworth as a speaker at several educational seminars.

In the meantime, in relation to the Australian workforce, the Australian Prime Minister, Mr Kevin Rudd, said that it is important that the Australian people return to the close relationship they had with their neighboring countries and that the Australian people should study Asian languages, including Indonesian.

Now, in public Australian schools, there is a strong desire to learn Indonesian. Because of this renewed interest in learning Indonesian, there is a growing interest between Somerville Secondary College and SMA Negeri 2 Tangsel to work together. It is fortunate that the desire to work together has coincided: SMA Negeri 2 Tangsel will get the opportunity to develop to an international standard and its students will have the opportunity to study English; whilst Somerville College students will be able to improve their Indonesian. If this pioneering effort at working together between the two schools is established, then this cooperative model can be established more broadly.

We should consider this issue of sister schools working together and these relationships should be carefully maintained and nurtured as they gain momentum. It is important that they continue to provide quality working relationships and that the benefits are shared equally by both sides.

FORM:

Working together with SMA Negeri 2, Tangsel and Somerville College will involve both schools always making the effort and taking care to ensure the relationship continues to grow and develop. The possibility of working together educationally will take the following form:
1.Student exchange: The students will have the opportunity to be involved in home stays and shadowing with their peers. Students from Tangsel 2 will be able to study English, Information Technology and Technology and Somerville students will be able to study Indonesian, local Art and traditional dance at Tangsel.
2.Staff exchange: Tangsel staff will have the opportunity to study educational administration at Somerville to optimise and modernise their management skills and support their information technology skills.
3.Principal exchange: Principals can work together to exchange ideas to develop agendas to work together and discuss the development of educational management which is based on the internet, building educational projects together which are funded by world bodies or each country.
METHOD OF WORKING:
1.Tangsel 2 will always create ways correspond with Somerville College. Firstly, Tangsel 2 will begin corresponding between principal, teachers with teachers, staff with staff and students with students.
2.Tangsel 2 will always need to create routine contact to ensure we are following the same agenda both in Australia and in Indonesia.
3.Tangsel 2 proposed the production of a web site together and its contents will be contributed to by both sides. For steps to begin, both sides need to send emails and letters via post to discuss the types of activities that could be undertaken.
4.Tangsel 2 will make a Memorandum of Agreement (MOU) with Somerville College. The contents of this MOU will form the basis of the educational partnership between the two schools and will be the starting point of serious and intensive discussions between the two schools.
5. Tangsel 2 will carry out a visit to Somerville College to see the potential to work together and formalise the relationship, that is, by the signing of the MOU to hold a sister school relationship.
6. Tangsel 2 would like to begin organising formal permission with the Somerville and Tngasel 2 parents so that the students can experience homestay accommodation.
7. Tangsel 2 and Somerville would like to exchange educational resources to help with the teaching of the curriculum. This could be in the form of good quality second hand material such as books, comics, CDs, films, newspapers, novels, DVDs, etc.


CONCLUSION

It is the responsibility of the mediator to help develop good communication between the two schools. A committee will need to be formed and once established, a strong effort on both sides will be required to maintain the momentum and ensure a strong relationship continues to develop and is maintained (HS, 2009).

Juknis Kerjasama Setu Somerville


Oleh: Herli Salim
Mediator Sekolah Indonesia

Pedoman Inisiatif Kerja Sama Pendidikan antara SMA Negeri 2 Setu Tangerang Selatan,Indonesia dengan Somerville Secondary College,Somerville, Melbourne, Australia.


Rasional
Berdasarkan pada UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa hendaknya terdapat paling tidak satu sekolah di satu daerah yang memenuhi standar internasional. Untuk memperkuat kemandirian daerah diamanatkan bahwa daerah dapat menjalin hubungan internasional (Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 30/2007 tentang standar pendidikan nasional mengarahkan sekolah menuju taraf internasional. Sementara itu BNSP ( Badan Nasional Standar Pendidikan) dibentuk untuk mendorong upaya peningkatan kualitas sekolah nasional supaya dapat setara dengan dunia internasional sehingga dapat mempertinggi kualitas lulusan. Pembentukan Provinsi Banten juga mensyaratkan pendidikan sebagai jembatan untuk menuju kesejahteraan masyarakat Banten (UU No. 23 tahun 2000). Semua perundang-undangan ini menstimulir upaya sekolah untuk sesegera mungkin mempercepat pertumbuhan kualitas pendidikan untuk memenuhi standar pendidikan baik nasional maupun internasional.


Inisiatif kerjasama sekolah dengan sekolah antara Indonesia dan Australia sangat dianjurkan sesama negara OECD dan UNICEF. Kedua organisasi dunia tersebut sangat menganjurkan adanya 'mutual benefit relationship' antara sesama negara anggota badan dunia tersebut sehingga dari interaksi itu akan tercipta networking pendidikan dan terciptanya tatanan pendidikan yang saling mengisi.

Kini telah sampai pada saat yang kondusif untuk menciptakan kerjasama pendidikan antara Indonesia dan Australia. Upaya ini mendapatkan momentumnya karena upaya yang dilakukan oleh Drs. H. Herli Salim, M.Ed., dosen Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang dan mahasiswa program doktor Deakin University yang sedang berada di Australia untuk kepentingan studinya. Dia bekerja sama dengan koleganya berkebangsaan Australia, yaitu Prof Dr. Peter Waterworth, konsultan akhli pendidikan, dan masyarakat pendidikan Kota dan Kabupaten Serang sudah lama mengenalnya sebagai pembicara pada beberapa seminar pendidikan.

Sementara itu, pada era pemerintahan buruh Australia, Perdana Menteri Australia-H.E. Mr. Kevin Rudd menyatakan kembali pentingnya menjalin persahabatan dengan negara tetangga serta untuk mempelajari bahasa Asia termasuk bahasa Indonesia. Sekarang ini, publik pendidikan Australia kembali bergairah untuk mempelajari bahasa Indonesia. Dari sinilah tumbuhnya minat jalinan kerjasama antar Somerville Secondary College Melbourne dengan SMA Negeri 2 Setu Tangsel. Kerjasama ini dapat menguntungkan kedua belah pihak: SMA Negeri 2 Tangsel dapat menstandarkan lembaganya ke tingkat internasional dan para siswanya memilki kesempatan untuk belajar bahasa Inggris, dan para siswa Somerville memperoleh mitra untuk lebih memperdalam bahasa Indonesia. Bila rintisan kerjasama pendidikan diantara kedua sekolah ini sudah mapan maka dapat ditingkatkan pada elemen kerjasama pendidikan yang lebih luas.

Mempertimbangkan hal tersebut diatas, maka sudah sampai pada saatnya terdapat suatu pedoman kerjasama pendidikan (sister school) bagi sekolah Indonesia untuk menjaga dan meningkatkan momentum kerjasama pendidikan yang telah ada. Hal ini dapat tercipta dengan cara terus-terusan memunculkan inisiatif kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hubungan kerjsama yang menciptakan manfaat bagi kedua belah pihak.

Bentuk

Kerja sama SMA Negeri 2 Tangsel dengan Somerville College Melbourne sedang terus diupayakan dan hendaknya SMA Negeri 2 Tangsel senantiasa terus-terusan menjaga dan menumbuhkan kesinambungan momentum ini. Kemungkinan kerjasama pendidikan akan dalam bentuk sebagai berikut:
• Siswa dengan siswa ( students exchange). Hal ini bisa dilakukan dengan cara home stay dan shadowing. Siswa dari kedua negara menetap di rumah baik yg dari Tangsel 2 maupun yg dari Somerville. Siswa Tangsel dapat belajar bahasa Inggris, komputer, pertukangan, dll di Somerville. Siswa Somerville dapat belajar kesenian lokal , bahasa Indonesia, tari tradisional di Tangerang.
• Staf dengan staf, (Staf exchange) staf Tangsel mempelajari adminsitrasi pendidikan yang terdapat di Somerville untuk mengoptimalkan daya dukung manajemen pembelajaran yang berbasiskan manajemen modern dan bersandar pada penggunaan teknologi informasi.
• Guru dengan guru ( teachers exchange) Hal ini bisa dilakukan pertukaran pengajar antara kedua sekolah untuk kurun waktu tertentu, bidang studi bahasa Inggeris,bahasa Indonesia, kesenian, tarian, pendidikan, dll.
• Kepala sekolah dengan kepala sekolah( principals exchange), masing-masing kepala sekolah bisa saling berkunjung dan bertukar pikiran dalam upaya mengembangkan agenda kerjasama dan mendiskusikan pengembangan manajemen pendidikan yang berbasis internet, pembuatan proyek pendidikan bersama yang didanai oleh badan dunia atau negara masing-masing.

Cara Mengerjakan

1. Tangsel selalu mengupayakan terciptanya jalinan korespondensi dengan Somerville. Hal ini dimulai dengan korespondensi antara kepala sekolah dengan kepala sekolah, guru dengan guru, staf dengan staf, dan siswa dengan siswa.
2. Tangsel selalu berupaya untuk menciptakan kontak rutin untuk memunculkan gagasan acara bersama baik di Indonesia maupun di Australia.
3. Tangsel mengusulkan pembuatan web site bersama yg diisi oleh kedua belah pihak. Untuk langkah awal setiap lembaga hendaknya mengintensifkan untuk saling berkirim email, surat via pos, untuk membicarakan segala jenis kegiatan yang mungkin dapat dikerjakan oleh kedua belah pihak.
4. Tangsel dapat membuat nota kesepahaman (MOU) dengan Somerville. Isi MOU itu merupakan bentuk-bentuk kerjasama pendidikan diantara kedua sekolah , untuk ini perlu adaya diskusi yang serius dan intensif dari kedua belah pihak. Inilah merupakan titik awal perlu adanya kunjungan antar sekolah.
5. Tangsel mengadakan kunjungan ke Somerville College untuk melihat potensi langsung Somerville dan guna mematapkan kerjasama dalam bentuk yang lebih formal yakni penandatanganan MOU untuk menyelenggarakan sister school relationships.
6. Tangsel hendaknya mulai merintis suatu jalinan kerjasama dengan orang tua murid untuk menitipkan para siswa Somerville di rumah – rumah orang tua siswa Tangsel 2 yang bersedia untuk dijadikan homestay. Hal ini untuk mempersiapkan, apabila siswa Somerville berkunjung ke Tangerang.
7. Tangsel dan Somerville dapat saling membantu untuk menyediakan bahan ajar pelajaran dan hal ini merupakan bantuan hibah (gratis). Bantuan pelajaran ini dapat dalam bentuk: buku,majalah,komik, koran, novel, CD lagu/film, DVD lagu/film dalam bahasa Indonesia dan Inggeris. Pemanfaatan barang bekas tapi masih berkualitas akan sangat membantu terselenggaranya program ini.

Penutup
Kegiatan upaya sister school ini akan terselenggara dengan baik bilamana terdapat mediator sekolah baik di Indonesia maupun Australia. Mediator mempunyai tugas mengkomunikasikan dan selalu mengingatkan sekolah apabila sekolah menunjukan indikasi penurunan intensitas hubungan; terdapat keinginan yang kuat dari kedua belah pihak untuk selalu menjalin kerjasama pendidikan - untuk hal ini hendaknya dibentuk panitia kerja; selalu memanfaatkan momentum hubungan kondusif diantara kedua negara. (HS, 2009).

Sambutan Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Tangsel

Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan YME, akhirnya kami dapat hadir kembali di tengah-tengah insan dunia maya dengan nama dan wajah baru. Setelah berganti nama dari SMAN 1 Serpong menjadi SMAN 1 Cisauk, kini sekolah kami berubah nama lagi menjadi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan. Perubahan nama tersebut bukan atas kehendak kami semata namun karena adanya pemekaran wilayah Kabupaten Tangerang menjadi kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang itu sendiri. Pemekaran wilayah ini tidak dapat dibendung dan ditunda-tunda lagi mengingat Kab. Tangerang yang terus tumbuh dan berkembang menjadi sebuah kota yang besar dan mandiri.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan wilayah dari kabupaten menjadi kota, sekolah kami juga tidak tinggal diam, duduk terpaku sebagai penonton. Bukanlah sebuah kebetulan bahwa sebuah keberhasilan dapat diraih dengan sendirinya. Kerja keras kami dengan dukungan dari berbagai pihak telah mampu mendorong SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan menuju Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI). Dengan berbekal tekad dan kemampuan serta dukungan dari berbagai pihak, Insya Allah kami segera akan mampu mewujudkan sekolah RSBI menjadi sekolah bertaraf internasional dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama. Sejak tahun 2006 kami telah merintis dan membangun berbagai fasilitas seperti Lab. IPA, Lab. Fisika, Lab. Kimia, Lab. Biologi, Lab. Komputer, Lab. Multimedia, Lab. Bahasa dan berbagai fasilitas lainnya untuk mewujudkan komitmen kami menjadi sekolah unggulan dan rintisan sekolah bertaraf internasional di wilayah Provinsi Banten.

Akhirnya kami memohon do'a dan dukungan dari berbagai pihak, semoga kami mampu menghasilkan insan didik yang unggul dan berakhlaqul-karimah. Amin

Wassalam,

Drs. P.A. Sopandy, M.Pd
Kepala Sekolah

SMA Negeri 2 Tangerang Selatan
Jl Raya Puspitek Muncul, Setu, Tangerang Selatan
Banten, 15314
Tlp +6221 756 0956, Fac: +6221 75872407
Email: info@sman2tangsel.sch.id
(Sumber: web sekolah SMA Negeri 2 Tangsel)

Principals Somerville Secondary College

Principals Welcome

Welcome to the Somerville Secondary College website. Our college is a relatively small, coeducational secondary college currently offering learning programs from Years 7 to 10.

At Somerville Secondary College we understand that quality teaching and learning takes place in an environment based upon the development of positive relationships between teachers and students. Our Pastoral Care Program is a key feature of our curriculum and is targeted appropriately for each year level. This strong pastoral approach promotes a positive learning environment and is complemented by our Collaborative Classrooms student management model.

Somerville Secondary College offers excellent access to Information & Communication Technology resources for students and teachers. All of our learning spaces are equipped with state of the art teaching & learning technologies. With seven computer pods, two computer labs and 4 mobile computer labs – students have excellent access to high quality ICT resources.

At Somerville Secondary College we have outstanding teaching and support staff with very low staff turnover. Carefully chosen Form Group teachers form the first point of contact for students and parents and are a key person in the education of each student.

Thank you for visiting our website and I encourage you to come and talk to us about your child’s learning journey.

Christopher Lloyd
Principal

Somerville Secondary College

37 Graf Road, Somerville, Victoria, 3912
Australia
Ph +613 5973 1000
Fac: +613 5977 9842
Email: somerville.sc@edumail.vic.gov.au
(Source: Somerville Secondary College Web)

Friday, November 6, 2009

Kunjungan Prof. Dr. Peter Waterworth

Senin, 12 Oktober 2009 merupakan hari yang sangat mengesankan, itulah komentar para siswa kami. Kunjungan Pak Peter telah membuat kami cukup sibuk dibandingkan hari-hari lain. Kesibukan yang menyenangkan, mengapa demikan ? Tentu saja, karena para siswa dengan ’ekskulnya’ ingin menampilkan kreativitasnya masing-masing. Ada juga siswa yang dengan sungguh-sungguh menuangkan harapannya untuk dapat melanjutkan sekolah ke Australia. Negeri yang memiliki empat musim, dengan seegala keunikannya.

Dari beberapa surat yang bisa kami cermati, para siswa menulis dengan gaya remajanya, mereka bercerita pula dalam surat-surat mereka tentang negerinya, yang sangat dibanggakannya, Indonesia. Dengan harapan mereka dapat mengenalkan kekayaan budaya negeri ini kepada para siswa di Australia.


Upacara Selamat Datang dengan ‘Welcome Dance’, diiringi dengan alunan lagu daerah Jawa Barat (Sundanese) telah mengingatkan kita akan tatar Sunda, yang kaya dengan aneka masakan dan kesenian. Acara pembuka di ruang seminar dimeriahkan oleh Tari Saman yang didukung oleh 15 orang siswi. Tari Saman adalah tarian khas daerah Aceh, sebuah tarian tanpa alat musik, tetapi suara mereka mengalun yang sesekali terasa hentakan-hentakan serasi mereka seirama dengan kekompakan gerakannya.


Ketika gapura berupa bendera warna-warni yang dipegang oleh siswa perlahan mulai terbuka, bapak Drs. P.A.Sopandy, M.Pd (Kepala SMAN 2 Tangsel) yang didampingi sepasang siswa/i yang membawa bunga Anggrek siap untuk dikalungkan pada Pak Peter dan Bapak Drs. Dadang Sofyan, M.M (Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangsel) sebagai tanda dimulainya jalinan persahabatan antar dua bangsa.


Semoga ini merupakan awal yang baik, yang membawa kami beserta seluruh siswa dapat mengarungi dunia luas. Dunia lepas… dunia yang lebih memberi peluang untuk lebih banyak berkarya, lebih kreatif, dan lebih memiliki kompetensi dalam persaingan global. Persahabatan yang memberikan motivasi serta lebih bergairah untuk memberikan dorongan belajar.


Kami bangga dapat mengenal Prof. Dr. Peter Waterworth lebih dekat. Beliau tampak gembira tatkala menyaksikan beberapa tarian daerah. Ada tari ’Bajidor Kahot’, yaitu tarian yang merupakan perpaduan/ kolaborasi antara tari Sunda dan Bali, ada tari ’Adu Manis’, yaitu tarian asli daerah Jawa Barat.


Dengan ramahnya Pak Peter meminta dua orang siswi penari Bali yaitu Della kelas X-11 dan Tasya kelas X-4, dua orang ibu guru yaitu Ibu Rusminah (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan Ibu Cucu Rostika (Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas) dan Bapak Sopandy untuk difotonya. Dengan senang hati kami mendapat ‘jepretan’ dari pak Peter. Dia jelas terbiasa memotret, nampak profesional dalam setiap jepretannya.


Selesai sambutan, diselingi dengan tari-tarian. Acara seminar diawali dengan do’a yang dipimpin oleh Pak Drs.Rodani (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum). Dilanjutkan dengan makan siang yang diiringi dengan tari Jaipong.
Seminar tentang konsep international school berlangsung satu jam yang dihadiri oleh para kepala sekolah se-kota Tangerang Selatan. Dilanjutkan satu jam kemudian, dialog Pak Peter dengan para guru SMAN 2 Tangsel. Dipenghujung acara, Pak Peter dan Pak Afan diajak school tour. Beberapa tempat yang sempat dikunjungi adalah digital library, lab. multi media, lab. fisika, lab. bahasa, yang semua itu berada di lantai dua. Lalu turun untuk melihat kebun sekolah. Ada Apotik Hidup/Toga (Tanaman Obat Keluarga) dan kebun sayuran. Sementara green house yang letaknya dekat mesjid di ujung sana tak sempat untuk dikunjungi. Pak Peter sempat melihat ruang Desain Grafis, sekaligus melihat hasil karya siswa. Beliau appreciate sekali terhadap karya siswa. Pak Djoko selaku pengajar mata pelajaran Desain Grafis sempat ‘dibidik’ dengan kamera digitalnya.

School Tour
Pak Peter berujung di ruang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) yang disambut oleh beberapa siswa. Di sana ada Salsabila (siswi kelas XII IPA-7) yang menyambut Pak Peter dengan bahasa Inggris yang fasih, karena dia salah seorang pemenang the best speaker untuk tingkat nasional. Lalu istirahat sejenak di ruang Kapala Sekolah. Di sana ada buah-buahan dan aneka kue khas daerah. Dengan senang hati dicicipinya kue-kue itu. Dalam suasana kekeluargaan itu sesaat ada khabar, bahwa SMAN 3 Tangsel sudah menanti kehadiran Pak Peter.


Tepat pukul 15.00 WIB. Pak Peter dan pak Afan menuju SMAN 3 Tangsel, sebelum itu sempat berfoto bersama di depan gedung sekolah. Suasana gembira, hangat, dan penuh harapan baru kami, civitas SMAN 2 Tangsel telah merajut jalinan persahabatan.


Semoga sister school ini lancar, serta mendapat sambutan baik dari siswa Australia, di sana. Amin.

Tangerang Selatan, 12 Oktober 2009

C’rost

Perkenalan Tangsel Dua


Yth. Ibu Helena
Somerville Secondary College
Victoria

Terimakasih atas perkenalan dan sambutan Ibu untuk sekolah kami. Dengan senang hati saya berkenalan dengan Ibu, dan saya akan berusaha untuk meneruskan berbagai informasi kepada teman2 guru dan para siswa.

Dengan bangga saya perkenalkan kepada Ibu siswa kelas X,XI,dan XII berjumlah 1200 orang yang tersebar dalam beberapa program, yaitu Prog. Akselerasi (2kelas), Prog. Bilingual (6 kelas), dan yang lainnya kelas Reguler. Kelas X dan XI merupakan kelas2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

Untuk menuju sekolah bertaraf internasional, sekolah kami mesti menjalin hubungan kemitraan dengan sekolah2 di dalam dan di luar negeri. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tentu kami dengan senang hati bekerjasama dengan Ibu dalam rangka mewujudkan sekolah kami yang lebih maju lagi.

Siswa kami selain senang menulis surat, juga pandai menari berbagai tarian daerah di Indonesia, juga seni tradisional seperti angklung, kecapi ataupun suling. Bahasa Inggris merupakan bahasa pengantar pembelajaran terutama di kelas Bilingual. Mereka sangat bersemangat sekali untuk bisa saling bertukar pengalaman budaya dengan sekolah Ibu. Keadaan sekolah kami membuat kami bangga dengan semua itu.

Saat ini siswa kami sedang menyiapkan surat untuk sahabat barunya di Somerville Secondary College (SSC), Victoria, Australia.Mohon Ibu sabar menunggu, besok Senin, 9 November mereka baru bisa membuat surat buat sahabatnya. Minggu ini, mereka sedang sibuk pelantikan pengurus OSIS periode 2009/2010.

Tak lupa saya sampaikan ucapan terimakasih kepada Pak Herli Salim, dan Pak Peter Waterworth sehingga kita dapat saling berkenalan.

Sekian dulu ya Bu Helena. Saya menunggu surat balasan dari Ibu.

Salam Persahabatan

Cucu Rostika
Humas SMA Negeri 2 Tangerang Selatan